Penulis : Lisa, Pegiat Literasi Kalimantan Utara, Tinggal di Tarakan
Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya.
Sedangkan, Education Development Center (EDC) menyatakan bahwa, Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu, Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Dari pengertian literasi diatas tentunya memberikan makna yang besar bahwa literasi tidak hanya persoalan baca dan tulis, tetapi kemampuan mengembangkan potensi atau skill. Tentunya sangat perlu kesadaran untuk menumbuhkan budaya literasi pada diri sendiri hingga berdampak pada lingkungan.
Lingkungan yang sehat bukan hanya lingkungan yang bersih dari sampah, namun juga lingkungan yang memiliki penanaman budaya literasi yang begitu kuat.
“Malinau merupakan kabupaten terluas di Kalimantan Utara. Kaltara sekitar 700 Km2, Kab Malinau luasnya 40 Km2. 52% dari wilayah Kaltara dan wilayah Malinau tersebut 60% masih hutan perawan. Hampir seluruh wilayah itu diklaim sebagai wilayah adat Kab Malinau adalah contoh yang paling bagus karena di Kab. Malinau itu ada Taman Nasiona yang terkenal termasuk 10 warisan dunia. Taman Nasional seluas 1 juta 365 ribu hektar itu wilayahnya Masyarakat Adat.“ Marten Labo, 2015.
Hingga kini, budaya dan tradisi lokal masyarakat Kabupaten malinau sangatlah kuat, sangat perlu dijaga dan di kembangkan. Tentunya literasi harus menjadi hal utama untuk mempertahankan dan mengembangkan budaya dan tradisi lokal sebagai literasi Budaya dan Kewargaan, potensi SDA juga sangat mendukung literasi Finansial masyarakat.
Sudah tidak asing lagi batik, anyaman dan banyak lagi kerajinan tangan yang sangat bagus dan tentunya sangat unik. Lukisan-lukisan khas berbagai suku di rumah-rumah warga juga tidak jarang telihat, sangat elok di pandang dengan mata. Hampir seluruh Kantor desa memiliki rumah adat yang berbeda-beda dari rumah adat lainnya dan lapangan yang luas, sehingga begitu menarik.
Tak heran jika Kabupaten ini memiliki banyak tempat wisata seperti, Air terjun semolon, Sungai Sentaban, Air Terjun Martin Billa, Desa Wisata Setulang, Hutan Tane Olen, Air Terjun Jumpolon, Gunung Sidi, Taman Nasional Kayan Mentarang dan Embung Geomembran. Tentunya masih banyak lagi tempat-tempat yang layak dijadikan tempat wisata
Komunitas Milenial Malinau Mandiri (M3) merupakan pemuda milenial yang bergerak di bidang Seni dan saat ini juga bergerak di bidang literasi. Pemuda yang terlibat di dalam komunitas ini ialah pemuda malinau yang siap menjadi relawan untuk membangun Kab. Malinau. Tentunya mengambil peran dalam kemajuan SDM khususnya dalam bidang Literasi dan Seni.
Mengembangkan kesenian lokal merupakan tanggung jawab yang besar bagi pemuda. Sehingga dibentuklah komunitas ini dengan harapan yang sangat besar. Sebagai bentuk mempertahankan tradisi lokal atau kearifan lokal yang sangat kaya.
Kuatnya kultur masyarakat di daerah ini merupakan alasan yang kuat bagi pemerintah daerah untuk mengadakan pelaksanaan Festival, seperti Festival Aco Lundayeh 2018 di Pulau Sapi 2018. Para pemuda ikut mengambil bagian untuk menyukseskan kegiatan ini.
Panggung seni juga diadakan setiap seminggu sekali, didukung langsung oleh Fernando Sinaga, S.Th Anggota DPD RI /MPR RI Dapil KALTARA, Wakil Ketua Komite I/DPD/MPR-RI. “Harapan saya, Komunitas 3M ini terus maju dan teruslah mengembangkan potensi yang ada di daerah ini. kalau boleh, setiap minggu mengadakan kegiatan Panggung Seni, teruslah membuka diskusi untuk Malinau di masa depan.” Ungkapnya, Pulau Sapi (Acara Temu Pemuda 3M).
“Peran pemuda tentunya sangat besar, khususnya untuk membangun Kabupaten Malinau. Kami sadar betul, kami sangat kurang dalam hal memaknai Literasi khususnya budaya baca, kami perlu belajar. Kami siap mendongkrak Literasi, karena kami tahu bahwa literasi sangat penting untuk mendukung kemajuan daerah kami. Apa lagi kami memiliki budaya dan tradisi lokal yang harus kami pertahankan dan kembangkan.” Ujar Dessy Puspitasari Sinaga (Penggerak Pemuda Komunitas 3 M).
Pemuda Komunitas 3 M sangat antusias untuk menanamkan budaya literasi. Membaca merupakan benang merah untuk berjuang melalui literasi. Di era Digital ini secara bertahap mengambil bagian dari kehidupan, namun mereka berharap agar mereka dapat menguasai Literasi digital untuk memperoleh informasi yang konkret dan dapat dijadikan media pembelajaran dan dapat memperkenalkan tradisi lokal melalui media digital.
Harapan ini bukanlah hal yang harus dinanti-nantikan, namun perlahan-lahan budaya literasi terwujudkan khususnya pada diri masing-masing pemuda. Sebagai mana kutipan “penguatan budaya literasi adalah kunci memajukan negri ini.” Lenang Manggala, Founder GMBI. ***