Lewati ke konten

Prabowo Mau Impor Sapi Perah, Ketua Soksi Beri Masukan

Prabowo Mau Impor Sapi Perah, Ketua Soksi Beri Masukan - Desapedia

Tonny Saritua Purba (kiri) saat bersama Aburizal Bakrie

Jakarta, desapedia.id – Ada wacana Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mengimpor indukan sapi perah sebanyak 1,5 juta ekor untuk memenuhi pasokan susu dalam melaksanakan program minum susu gratis yang akan dibagikan kepada seluruh anak-anak pelajar, mulai pra sekolah, anak sekolah dan ibu hamil.

Menanggapi hal itu, kepada desapedia.id, kader Partai Golkar yang juga Ketua Bidang Tani dan Nelayan Depinas SOKSI, Tonny Saritua Purba memberikan komentarnya pada Kamis (8/8/2024).

Menurutnya, mengimpor indukan sapi adalah sebuah strategi dan percepatan agar tercapai populasi sapi perah untuk memenuhi target pasokan susu, induk sapi perah yang diimpor sebanyak 1,5 juta ekor akan dipelihara dan diperkirakan dalam waktu dua atau tiga tahun kedepan populasi sapi perah akan berkembang menjadi 3 juta ekor.

“Cara pemerintah agar indukan sapi bisa beranak dan populasi sapi bertambah banyak dengan cara indukan sapi disuntik dengan bibit yang sudah diolah dan dipilih dengan menggunakan teknologi inseminasi buatan agar melahirkan sapi betina, tujuannya agar kebutuhan daging dan susu tercukupi secara nasional termasuk juga untuk program makan bergizi dan minum susu gratis”, ujar Tonny.

Untuk diketahui, data populasi sapi perah dan produksi susu segar di Indonesia menurut data BPS tahun 2022 sekitar 968 ribu ton.  Sementara untuk kebutuhan susu nasional dibutuhkan sekitar 4,4 juta ton, dari total produksi susu segar tersebut sekitar 90 persen dihasilkan dari peternak sapi perah rakyat.

Fakultas Peternakan UGM mencatat populasi sapi perah ada sekitar 507 ribu ekor, masih jauh dari populasi sapi perah yang diharapkan pemerintah yaitu sekitar 2,5 juta ekor.

Menurut Tonny, pemerintah harus memperhatikan beberapa hal jika mengimpor indukan sapi perah sebanyak 1,5 Juta Ekor.

Pertama, lanjut Tonny, Impor indukan sapi perah adalah percepatan untuk menambah populasi sapi perah di dalam negeri, akan tetapi ada hal lain yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sebelum mengimpor indukan sapi perah adalah dengan melihat potensi populasi sapi perah, ada sekita 507 ribu ekor, populasi bisa dikembangbiakkan, hanya saja membutuhkan waktu yang lebih lama.

Kedua, Tonny mengatakan jika pemerintah mengimpor indukan sapi perah sebanyak 1,5 juta ekor, secara konsep sangat menguntungkan karena populasi sapi perah dan produksi susu segar bisa tercapai.

“Tetapi begini ya, dalam menerapkannya tidaklah mudah, butuh anggaran yang sangat besar, harga satu ekor induk sapi perah impor itu sekitar 50 juta sehingga membutuhkan anggaran sebesar Rp 75 triliun”, ungkapnya.

Tonny menjelaskan, yang ketiga adalah soal siapa yang memelihara indukan sapi perah  sebanyak 1,5 juta ekor itu, apakah peternak yang sudah ada atau peternak baru. Jika dipelihara oleh peternak baru tentu resiko kegagalannya besar sekali. Kendala lain yang harus diperhatikan pemerintah adalah masalah lahan untuk ditanami rumput, setiap hari sapi perah membutuhkan rumput sekitar 15 sampai 20 kilogram.

Keempat, Tonny melanjutkan, kebih baik pemerintah membuat kebijakan sederhana, jangan membuat perencanaan yang terlalu tinggi dan fantastis, bisa dimulai dengan mengembangkan potensi yang ada, seperti populasi sapi perah bisa diperbanyak dengan melakukan tehnologi inseminasi buatan. Termasuk juga, pemerintah mempersiapkan industri pengolahan susu karena susu segar cepat rusak jika tidak segera diproses.

Kelima, tutup Tonny, Pemerintah perlu mencari format yang praktis dan efisien, lakukan impor secara bertahap mulai dari 50 ribu sampai 100 ribu ekor terlebih dahulu, berikan sapinya kepada peternak sapi perah yang sudah terampil sambil melakukan pemberdayaan kepada peternak yang sudah ada dan peternak baru.

“Jika pemerintah berhasil melakukan impor indukan sapi secara bertahap, dipelihara, lahan disiapkan, susunya diserap oleh industri maka impor indukan sapi untuk tahun selanjutnya bisa dilaksanakan dengan jumlah yang lebih besar lagi, sehingga diprediksi lima tahun ke depan tujuan pemerintah untuk meraih swasembada daging dan susu tercapa”, imbuhnya. (Red).

 

Kembali ke atas laman